Kamis, 27 November 2014


DITULIS OLEH: DWIANANTO WIDJOJO

Jangan tertipu oleh penampilan seseorang. Penampilan Rambo yang kumuh layaknya gelandangan, bisa menipu seorang Sherif. Penampilan seseorang yang sederhana dan lemah lembut jangan disangka tidak berbahaya. Bila hanya melihat dari penampilanya saja, orang tidak akan menyangka bahwa Rambo adalah seorang pahlawan dengan berbagai tanda jasa. Rambo yang dalam kondisi terdesak mampu memporak-porandakan satu peleton pasukan militer. Demikian juga dengan Bryan Mills dalam film “TAKEN”.

Penampilan Bryan sangat sederhana sehingga sama sekali tak terlihat ada yang istimewa dalam dirinya. Padahal Bryan adalah mantan agen CIA yang sangat tangguh. Dia sangat disegani karena reputasinya. Banyak tugas-tugas berat yang sering mengancam jiwanya diembannya dengan penuh dedikasi. Tak heran bila Bryan banyak mendapat bintang tanda jasa atas tugas-tugasnya yang sangat berbahaya itu. Namun pengabdiannya pada tugas ini justru menjadikan hubungannya dengan istrinya berakhir dengan perceraian. Istrinya tidak tahan dengan perilaku Bryan yang lebih mendahulukan tugas ketimbang keluarga. Walau perilakunya begitu, Bryan sangat mencintai putri tunggalnya, Kim. Begitu cintanya pada Kim, ia rela terbang ribuan mil hanya untuk menghadiri ulang tahun putrinya itu. Padahal saat itu dia dan kawan-kawannya sedang mendapat tugas penting di Beirut yang sedang dilanda aksi kudeta. Tapi Bryan lebih memilih meninggalkan Beirut demi untuk menyenangkan putri kesayangannya yang tengah berulang tahun yang ke lima. 

Di hari ulang tahun Kim yang ke 17, Bryan juga masih sempat membelikan mesin karaoke. Sebab sejak kecil Kim ingin menjadi penyanyi. Menurut Bryan, dengan bantuan mesin karaoke ini Kim bisa lebih sering berlatih menyanyi.

Di suatu malam saat berkumpul dengan teman-teman dekatnya, Bryan menerima tawaran untuk mengawal seorang Diva Pop yang akan manggung di kota itu. Saat bertemu dengan Diva itu, Bryan menyempatkan diri untuk meminta saran dari Diva itu bagaimana caranya agar anaknya bisa menjadi penyanyi. Awalnya, Bryan diejek agar putrinya lebih baik tidak menjadi penyanyi. Namun setelah Diva itu diselamatkannya dari usaha pembunuhan, maka Bryan akhirnya diberi hadiah berupa nama-nama orang penting yang bisa melatih putrinya belajar bernyanyi. Semua beayanya ditanggung oleh Diva itu.

Namun sayang, sebelum Bryan sempat mengajak bertemu dengan orang-orang penting itu, Kim terpaksa harus pergi liburan ke Paris bersama teman akrabnya, Amanda. Kepergian Kim dan Amanda membuat Bryan sangat khawatir. Sebab Bryan pada dasarnya adalah seorang preventer, yaitu sebuah keahlian khusus untuk mencegah sesuatu hal buruk terjadi. Namun kali ini Bryan tidak sempat mempersiapkan semua itu untuk menjaga keselamatan putrinya yang pergi secara mendadak. Hanya telpon gengam saja yang dia berikan pada Kim sebagai alat bantu bila terjadi sesuatu.

Kekhawatiran Bryan akhirnya terbukti. Tak berapa lama setelah Kim dan Amada mendarat di Paris, kedua gadis cantik ini diculik oleh segerombolan laki-laki tak dikenal.

Gemas sekali hati Bryan atas peristiwa penculikan ini yang langsung dia dengar dari telephone genggam Kim. Bryan merasa begitu bersalah karena tak mampu melindungi putri kesayangannya itu justru di saat yang sangat kritis seperti ini. Namun dengan tenang tapi jelas Bryan berbicara pada penculiknya: “Kalau kau butuh uang tebusan, aku tidak punya. Tapi perlu kau tahu bahwa aku punya keahlian. Keahlian yang kuperoleh dari pengalaman yang sangat panjang selama karirku. Keahlian yang akan membuat orang-orang sepertimu bermimpi buruk. Oleh karena itu, jika kau lepaskan putriku, kuanggap masalah ini selesai. Aku tak akan menuntut apapun darimu. Tapi jika tidak, aku akan mencarimu, aku akan menemukanmu dan aku akan membunuhmu”.

Hening beberapa saat. Tak ada jawaban.
Sesaat kemudian keluar suara dari ujung telephone: “Good Luck . . .”

Malam itu juga Bryan langsung terbang ke Paris. Menurut informasi dari data base CIA yang dibuka oleh teman-teman Bryan, penculik itu adalah gerombolan orang Albania. Tujuannya adalah menculik gadis-gadis belia untuk diperdagangkan sebagai pelacur. Hati Bryan semakin kesal. Ingin sekali dia segera menghabisi gerombolan penculik itu. Namun hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan jejak putrinya terlebih dulu. Bryan masih punya harapan untuk menyelamatkan putrinya walau hanya dalam selang waktu 96 jam saja. Setelah lewat batas waktu itu, putrinya tak kan mungkin ditemukan kembali.

Melalui jalan berliku dan penuh perjuangan serta berbekal pengetahuan dan keahlian yang dimiliki, tak berapa lama Bryan sudah bisa menemukan sarang gerombolan orang-orang Albania itu. Dan dalam waktu singkat, anggota gerombolan itu dihabisinya satu per-satu. Tak satupun dia beri ampun, kecuali Marco dari Trapoja. Sebab hanya Marco lah yang tahu kemana putrinya itu dijual. Marco pulalah yang mengeluarkan kata “Good Luck” pada Bryan dua hari yang lalu melalui telepon genggam Kim..

Tapi Marco bukan lah sembarang penjahat. Dia sangat loyal pada semua konsumennya sehingga dia tak mau memberi informasi begitu saja pada Bryan. Maka dengan senang hati Bryan menyiksa Marco dengan setrum listrik melalui kedua pahanya. Maka bergetarlah seluruh tubuh Marco tersengat aliran listrik. Hal ini dilakukan Bryan berulang-ulang hingga Marco akhirnya menyerah. Dari mulut Marco tersebutlah nama “Patrice Saint Clair”; dan tanpa mengucap terima kasih Bryan lalu membunuh Marco sesuai ancamannya waktu itu.

Patrice Saint Clair adalah pengusaha kelas atas yang cukup terhormat di Paris. Namun tidak ada yang mengetahui bahwa dia juga menjalankan bisnis kotor, yaitu prositutusi kelas tinggi, menjual keperawanan dengan harga yang sangat tinggi. Pelanggannya adalah orang-orang kaya dari seluruh penjuru dunia.

Malam itu Saint Clair tengah mengadakan pesta meriah di rumah mewahnya. Banyak sekali undangan yang datang, termasuk Bryan yang menyamar sebagai polisi. Bryan kemudian membuktikan dengan mata kepala sendiri bahwa di dalam pesta itu terdapat ruang transaksi untuk melelang gadis-gadis cantik yang masih perawan. Kim, putri tunggal Bryan dilelang dengan harga setengah juta dolar.

Mengetahui bahwa putrinya masih hidup, semangat Bryan makin terpacu. Ingin rasanya dia segera menyelamatkan putri kesayangannya itu dan membawanya pulang. Namun malang bagi Bryan, sebagai tamu tak diundang, kehadirannya segera diketahui. Bryan lantas ditawan dan siap akan dibunuh. Namun dengan kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, Bryan mampu meloloskan diri dan bahkan mampu menghabisi para begundal Saint Clair itu satu per satu. Kini tinggal Saint Clair yang tengah berada di depan lift. Sebab hanya Saint Clair lah satu-satunya orang yang tahu kemana putrinya dibawa oleh pemenang lelang.

Saint Clair juga bukan orang sembarangan dalam berbinis. Dia sangat menjaga kerahasiaan para pelangganya. Baginya bisnis adalah bisnis, bukan urusan pribadi. Menghadapi orang seperti ini Bryan sama sekali tidak ragu menembak paha dan lengan Saint Clair hanya sekedar untuk mendapatkan informasi, hingga Saint Clair akhirnya terpaksa menyebut sebuah kapal pesiar yang sedang bersandar di dermaga. Bagi Bryan urusan keselamatan putrinya bukan bisnis, tapi urusan pribadi. Sedemikian bencinya Bryan dengan pebisnis semacam ini, apa lagi melibatkan putri tunggalnya, maka dihabiskanlah seluruh isi peluru pistol di tangannya untuk ditembakkan semuanya ke tubuh Saint Clair ….DOR…DOR…DOR….DOR....!!!

Bagaikan Rambo yang terluka dan darahnya menetes akibat dilukai lawan duluan, padahal dirinya sama sekali tak berbuat salah, maka Bryan langsung mengejar kapal pesiar itu yang kini sudah mulai melaju. Dia harus mencapai kapal pesiar itu demi untuk menyelamatkan putrinya kesayangannya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar